Ulang tayang Jurus Peringkat Pertama Naga Berapi Menjunam Ke Bumi. Nak belajar jurus nih? Masuk PRDM.
KELUHURAN UNDANG UNDANG.
Lihat Sendiri...
Fikir Sendiri...
Bertindak bijak...
Subject: ANTARA MAWI, SOPHIA, ADI PUTRA DAN NOR AMIRA (FIKIR2 KANLAH)
ANTARA MAWI, SOPHIA, ADI PUTRA DAN NOR AMIRA
U all tau... Mawi tak akan dapat membela bangsa kita mahu pun mendidik anak-anak kita menjadi insan yang soleh..dia sendiri pun hanya dapat gred 3 SPM... hanya media yg berjaya menyeret dia untuk meraih rezki yg kebanyakan ulama mempertikaikan status halalnya... dari seorang yg kononnya berakhlak dan beragama dia dibentuk menjadi seorang yg bebas dari belenggu syariat... namun tangan0tangan kotor telah berjaya menyarungkan jubah konvo yang hanya layak di pakai oleh insan yang cemerlang dalam pendidikan... tidak
hairan para remaja mula berhujah: " masuk universiti tak dapat keje..apa ada pada nilai ilmu?... Mawi dpt Gred 3 SPM pun boleh konvo jugak..lebih kaya dari lulusan universiti"... .sukar untuk menjawabnya.
Nun di sana..ada seorang insan comel..bernama Adi Putra... punya kecemerlangan dalam bidang Math yg sukar dicapai oleh walau seorang siswa... beliau dgn petah memberitahu bahawa dia ingin menjadi seorang Profesor Mathematic Islam, dia sangat taat dalam agama..tekun dalam mempelajari syariat Allah... namun tiada pihak "media" dan "pemimpin" kita ambil peduli... bahkan dicari pula kelemahan Adi yg kononnya hanya terer dlm satu bidang saja..perlu diingat..profesor universiti pun hanya pakar dalam satu bidang saja... mana ada pakar doktor perubatan dlm masa yg sama adalah pakar kejuruteraan?... tapi atas keinginan untuk mengenepikan Adi... berbagai alasan di buat... akhirnya keluarga Adi terpaksa mencari arah sendiri dalam menentukan masa depan pelajaran dan cita-cita Islam
Adi...
Muncul pula adik Nor Amiira... yg berjaya menghafal 30 juz Al Quran seusia 10 tahun ... dia mula membaca dan menghafalnya ketika usia 5 tahun... dalam satu pertandingan hafazan dia telah mendapat tempat kedua ... peserta semuanya berusia 15 tahun ke atas... cerita itu terus sepi... "media" dan "pemimpin" kita tidak berminat mempopularkan tokoh2 kecil ini...
tiada juga bantuan yg diberikan... tetapi perlu diingat: ada insan seperti amalina yang mendapat 17A SPM telah diberikan penghormatan yg tinggi dan biasiswa untuk belajar di luar negara ( sekarang dah tak pakai tudung dah), tak kurang juga Sophia yg duduk di London tu mendapat juga penghormatan negara..di jaja ceritanya tak habis-habis di TV kita suatu masa dulu yg sekarang kabarnya dah murtad. Ok juga media dan pemimpin kita kan?...
Inilah yg perlu kita cari titik perbezaan dan persamaannya... sama- sama kita renungkan:
Adi dan Amira
membawa cita-cita keislaman dan bakal membawa pembaharuan jika di beri peluang... maka mereka tidak mendapat apa-apa preveilege.
MAWI
membawa bangsa kita leka dan nyanyuk maka dia mendapat tempat dan penghargaan.
Amalina
dah jadi bahan jajaan putri UMNO dan dah pun tak pakai tudung lagi... sama dgn Mawi..maka dia tidak lagi membawa apa-apa mesej Islam... so boleh di sokong.
Sophia
( bukan warga kita) mak melayu ayah org asing juga mendapat layanan dan kemuliaan sebab tiada membawa apa2 mesej ISlam... so mesti diberi sokongan.
Dengan itu dapatlah kita faham... .bangsa kita ini hanya akan memuliakan anak-anak kita yang berjaya dalam "hiburan' dan " menolak syariat". Bagi anak-anak yg bakal menyedarkan Umat ..awas !! anda adalah 'musuh bangsa dan negara' ini..
Apa pandangan anda?...
sumber: hizamri@yahoo.com
He was tired and aching and on his way home from a long day at work, so he almost didn't see the old lady stranded on the side of the road, but even in the dim light of day he could see she needed help. So he pulled up in front of her Mercedes and got out. His old Pontiac was still sputtering as he approached her.
Even with the smile on his face, she was worried. No one had stopped to help for the last hour or so. Was he going to hurt her? He didn't look safe; he looked poor and hungry.
He could see that she was frightened, standing out there in the cold. He knew how she felt. It was that chill which only fear can put in you.
He said, "I'm here to help you, ma'am. Why don't you wait in the car where it's warm? By the way, my name is Bryan Anderson."
Well, all she had was a flat tire, but for an old lady, that was bad enough. Bryan crawled under the car looking for a place to put the jack, skinning his knuckles a time or two. Soon he was able to change the tire.
As he was tightening up the lug nuts, she rolled down the window and began to talk to him. She told him that she was from St. Louis and was only just passing through. She couldn't thank him enough for coming to her aid.
Bryan just smiled as he closed her trunk. The lady asked how much she owed him.
Any amount would have been all right with her. She already imagined all the awful things that could have happened had he not stopped. Bryan never thought twice about being paid. This was not a job to him. This was helping someone in need, and God knows there were plenty, who had given him a hand in the past. He had lived his whole life that way, and it never occurred to him to act any other way.
He told her that if she really wanted to pay him back, the next time she saw someone who needed help, she could give that person the assistance they needed, and Bryan added, "Pass it on."
He waited until she started her car and drove off. It had been a cold and depressing day, but he felt good as he headed for home, disappearing into the twilight.
A few miles down the road the lady saw a small cafe. She went in to grab a bite to eat, and take the chill off before she made the last leg of her trip home. It was a dingy looking restaurant. Outside were two old gas pumps. The whole scene was unfamiliar to her. The waitress came over and brought a clean towel to wipe her wet hair. She had a sweet smile, one that even being on her feet for the whole day couldn't erase. The lady noticed the waitress was nearly eight months pregnant, but she never let the strain and aches change her attitude. The old lady wondered how someone who had so little could be so giving to a stranger. Then she remembered Bryan ..
After the lady finished her meal, she paid with a hundred dollar bill. The waitress quickly went to get change for her hundred dollar bill, but the old lady had slipped right out the door. She was gone by the time the waitress came back. The waitress wondered where the lady could be. Then she noticed something written on the napkin.
There were tears in her eyes when she read what the lady wrote: "This isn't
a tip, it's a gift. You don't owe me anything. Somebody once helped me out and if you feel you want to pay me back, don't let this chain of love end with you, pass it on."
Under the napkin were four more $100 bills.
Well, there were tables to clear, sugar bowls to fill, and people to serve, but the waitress made it to closing time.
That night when she got home from work and climbed into bed, she was thinking about the money and what the lady had written. How could the lady have known how much she and her husband needed it? With the baby due next month, it was going to be hard....
She knew how worried her husband was, and as he lay sleeping next to her, she gave him a gentle kiss and whispered soft and low, "Everything' s going to be all right. I love you, Bryan Anderson."
Good friends are like stars....You don't always see them, but you know they
are always there.
Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Ketika malam pertama Tarawikh didirikan, Nazir Masjid bangun memaklumkan bahawa ianya adalah menjadi 'arahan MB' supaya semua Masjid di Selangor mengadakan Solat Tarawikh 20 rakaat. Tiadalah aku mengetahui bersolat Tarawikh kah akan si MB itu tadi?
Masjid ku tersergam indah, namun tiada Tazkirah..sama seperti tahun sebelumnya. Kecuali jika malam itu diimamkan oleh Ust Abdullah, beliau akan memberikan sedikit Tazkirah dalam sela masa 10-15 minit sebelum Tarawikh didirikan. Sungguh dia menyampaikan Tazkirah itu SEBELUM Tarawikh.. yang di'cegah' ialah Tazkirah di tengah tengah Tarawikh dan di hujungnya...
Ku lihat Majoriti mendirikan solat Tarawikhnya 8 rakaat berbanding 20 rakaat. Tika awal solat, ada tak kurang 11 ke 12 Saf berbaris tak termasuk anak anak... habis 8 rakaat, tinggal 1 1/2 saf.. tak sampai 2 Saf..
Adapun yang mengerjakan 8 atau 20 tak jadi masalah, malahan sunnahnya 8 rakaat itu. Cuma yang aku terkilan... Tazkirah ditiadakan!
Sebegitu ramai manusia berbondong ke Masjid, namun tiada kita ambil peluang ini untuk 'bersantai' dan berdakwah sambil menambah nambah akan ilmu di dada. Alangkah ruginya Masjid Masjid dilarang bertazkirah.. Ku lihat, ada yang rambut pun macam mandi air karat, namun digagahinya datang ke Masjid. Bukankah ini peluang untuk berdakwah kepada mereka dengan sisipan ilmu? Alangkah beruntungnya mereka yang dapat duduk dalam majlis ilmu di bulan Ramadhan ini!! Subhanallah!
Maka merinduilah pula aku ini akan saat saat menempuh malam malam Ramadhan ketika bertugas di Butterworth dahulu.. setahu aku ada 3 Surau yang aktif dan ada Tazkirah pada setiap hari. Terasa sungguh kemanisannya dan bertambahnya ilmu dan seronoknya bersolat diselang selikan dgn Tazkirah penguat jiwa... Ah! Surau surau itu memang hidup..bulan bulan biasa pun kuliahnya setiap hari!!! Tapi Masjid pula tiada tazkirah...
Teringat aku akan pesan ust siddiq noor ketika memetik surah al-A'la ini..
9. oleh itu berilah Tazkirah - peringatan (kepada umat manusia Dengan ajaran Al-Quran), kalau-kalau Tazkirah - peringatan itu berguna (dan sudah tentu berguna);
10. kerana orang Yang takut (melanggar perintah Allah) akan menerima peringatan itu;
11. dan (sebaliknya) orang Yang sangat celaka akan menjauhinya,
12. Dia lah orang Yang akan menderita bakaran neraka Yang amat besar (azab seksanya),
13. selain dari itu, ia tidak mati di dalamnya dan tidak pula hidup senang.
14. Sesungguhnya berjayalah orang Yang - setelah menerima peringatan itu - berusaha membersihkan dirinya (dengan taat dan amal Yang Soleh),
15. dan menyebut-nyebut Dengan lidah dan hatinya akan nama Tuhannya serta mangerjakan sembahyang (dengan khusyuk).
16. (tetapi kebanyakkan kamu tidak melakukan Yang demikian), bahkan kamu utamakan kehidupan dunia;
17. padahal kehidupan akhirat lebih baik dan lebih kekal.
18. Sesungguhnya (keterangan-keterangan Yang dinyatakan) ini ada (disebutkan) di Dalam Kitab-kitab Yang terdahulu, -
19. Iaitu Kitab-kitab Nabi Ibrahim dan Nabi Musa.
(Al-A'la:9:19)
Setiap malam ayat ini dibaca baca dalam solat witir.. namun tiada pula disokong atau diterjemahkan bacaan itu dengan mengadakan tazkirah!? Lain di baca lain diamalkan? AH! Aku merindui akan tazkirah tarawikh di bulan Ramadhan!!!
Ramadhan sudah berlalu 12 hari!!!!!!!!!!!!!!!!!
Ramadhan tahun ini bermakna bertambah lah usia ku setahun lagi. Aku dilahirkan pada 6 Ramadhan... Dua anak ku juga dikirimkan ALLAH ke dunia dalam bulan Ramadhan... Mak..terima kasih melahirkan saya Mak... jasa mu tak terbalas... Aku sayang pada mu Mak..
Ya ALLAH, Engkau jagailah dan sayangilah kedua orang tua ku sebagaimana mereka telah menjagai dan menyayangiku semasa aku masih kecil... amin..
Kisah Nurin Jazlin masih diperkatakan orang. Amat malang sungguh nasibnya di dunia ini. Menjadi mangsa si binatang bertopengkan manusia. Tak dapat aku gambarkan keperitan yang dialaminya. Dikatakan dalam salah satu berita yang aku dengar akan pendapat pakar mengatakan tidak mustahil seseorang yang mengalami kesakitan yang extreme akan berubah wajahnya, giginya dsbnya.. - Apa lagi seorang budak!. Maka amat amat sedih bila ibu dan ayah pun tak mengenalinya lagi.. Ibu dan Ayahnya perlu muhasabah diri mereka - dan aku juga.
Kembali ke kampung tempohari..setiap hari Ibu memberikan kata kata nasihat tentang penjagaan anak anak ini kepada kami berdua...setiap hari! Aku tak kata apa kerana kata katanya benar belaka...
Namun dalam musibah ada hikmahnya. Adik Nurin belum lagi dikira dosa pahalanya..adik Nurin putih bersih laksana kain kapas yang suci. Kepergiannya menjadi duta kepada ayah dan ibu di sana. Semoga dapat beramal kita di dunia ini dengan amalan Ahli Syurga insyaALLAH...
Setelah berlakunya tragedi Ombak Besar yang meragut ratusan ribu nyawa manusia, namun kita masih lagi leka..insaf sekejap je kendian buat lagi!! Pada tahun berlakunya Ombak Besar itu, - ketika kejadian, aku berada di Laut - Maka negara ini yang tercinta telah membatalkan pesta sambutan tahun baru yang lazimnya berlaku pada setiap tahun. Dengan 'kuasa' mentadbir yang ALLAH berikan kepadanya, maka tak ada masalah banyak, sememangnya pesta pesta maksiat menyambut tahun baru kafir berskala besar itu tidak berlangsung - (yg kecik kecik ada jugak)... selamatlah Malaysia pada tahun itu daripada pesta maksiat berskala besar ketika menyambut tahun baru Kafir. Tapi...tahun tahun seterusnya....ianya kembali menyubur... kuasa di tangan tetapi tidak dimanfaatkan..kuasa yang ada tidak digunakannya. Ternyata ujian ALLAH kepada beliau itu dulu membuktikan ia ada kuasa untuk mengekang, menghalang, menegah malah membatalkan pesta pesta maksiat itu...gunakanlah kuasa yang ada.. namun perkara itu tidak berlaku lagi pada tahun tahun kebelakangan ini... Pesta pesta itu berlangsung terus dan terus merisaukan dan merimaskan benak aku ni mengenangkan masa depan anak anakku dan anak anak saudara seaqidahku yang lainnya....manusia cepat lupa lagi engkar...
Maka selepas berlalunya sehari sahaja pertemuan aku dengan Jemaah Tabligh Aceh itu, telah berlakulah gerak gempa lagi di Indonesia, kali ini di Padang... Baru je sehari kami bermuzakarah tentang musibah yang ALLAH landakan kepada Negara Umat Islam terbesar di Dunia ini...dan tak lama selepas itu, malah hanya pada hari keesokannya, berlaku lagi bencana gempa itu!!
Dan kendian daripada itu, iaitu hari esoknya, Bengkulu pula terkena gerak gempa.. Gerak Gempa yang cukup kuat untuk menghasilkan Ombak Besar yang lebih besar lagi daripada Ombak Besar tahun 2004 tetapi ianya tidak berlaku seolahnya ALLAH mencabar pakar pakar kajibumi akan perkara ini... Mengapa tak terjadi Ombak Besar?? Aku tak bermaksud nak bincang perkara ini namun ianya seolahnya menempelak mereka yang menyatakan dahulunya bahawa ini hanyalah BENCANA ALAM..bukan bala atau peringatan dari ALLAH. Nah sekarang..ALLAH timpakan gempa yang lebih hebat lagi..tapi mana Ombak Besarnya??
Salam takziah dan al-Fatihah untuk saudara Seaqidahku di Bengkulu dan Padang Indonesia.. Semoga kalian dikurniakan darjah kesabaran yang tinggi dalam menjalani ibadah Puasa tahun ini... amin..
Kisah ini diceritakan sendiri oleh orang Cina itu kepada Ust yang aku temui ini, maknanya ini cerita first hand dan aku penerima keduanya dalam 'sanad' cerita ini..
Cina itu memberitahu bahawa pada ketika Ombak Besar yang kali pertama itu datang, dia nampak jelas akan kedatangan Ombak itu dari kejauhan..namun pada pandangannya ianya ada sedikit keganjilan pada Ombak yang datang itu.. Ombak itu dilihatnya tidak sekata parasnya.. Dilihat di bahagian tengah Ombak itu menurun ke bawah dan lebih rendah daripada kiri dan kanannya. Maksud Cina itu, seolahnya ada lorong terpelohong di tengah ombak yang mana Ombak itu terbahagi kepada tiga bahagian iaitu, sebelah kiri yang tinggi, kanan yang tinggi dan yang ditengah tengahnya rendah ke bawah seolah ada kuasa yang menekannya ke bawah.
Ketika itu, beliau melihat orang ramai melarikan diri ke Masjid..oleh kerana itu, beliau pun tak ketahuan ke mana lagi hendak ditujui lantas terus menghala ke Masjid..Sekali lagi ALLAH singkapkan perkara Ghaib kepada Cina ini bila dia tiba tiba melihat ada dua orang besar yang berpakaian putih (subhanallah..meremang bulu roma aku ketika menulis ini!!) berjubah serta berserban putih yang memegang Penjuru Masjid itu kiri dan kanan seolah olah menetapkannya!!
Rupanya apabila ombak itu sampai, bahagian yang ditekan ke bawah itu adalah bahagian yang bakal melanda Masjid BaiturRahman!! - Maka dari itu, Masjid tidak tenggelam dan air lalu di tepi kiri dan kanan Masjid sahaja! - CIna itu sekarang sudah menjadi saudara seaqidah ku dan beliau telah memeluk agama Islam kini!! ALLAHU AKBAR!!
Rasanya tak terlewat untuk menulis tentang Ramadhan nih.. Lap Top ada masalah skit maka tak dapat masuk internet..
Apapun, telah pun tiba masanya dan alhamdulillah..ternyata ALLAH masih memberikan peluang kepada diriku untuk menyambut akan kedatangan Ramadhan Al-Mubarak! Alhamdulillah...
Dalam pada itu, aku telah bertemu dengan Jemaah Tabligh dari Acheh... Maka namapun Achech, tak ada yang dipertanyakan melainkan keadaan saudara saudara seaqidah di sana..apa khabarnya? Ust ini memaklumkan bahawa keadaan di Acheh sekarang ini semakin jauh dari ALLAH walaupun telah dibala' dengan ujian Ombak Besar dan Gempa Bumi 3 tahun yang lalu.. Katanyanya, kini peluang kepada orang asing untuk memasuki Acheh yang suatu ketika dahulunya agak sukar untuk mereka memasukinya... Hanya mungkin 1/3 sahaja daripada penduduknya kini adalah orang Acheh dan selainnya adalah masyarakat pendatang.
Masyarakat pendatang ini pula tidak datang begitu sahaja tetapi membawa perilaku dan akhlak yang bertentangan dengan Islam. Kini katanya, mudah sahaja untuk melihat wanita wanita di sana yang memakai skirt pendek dan pelbagai lagi masalah yang aku kira tak jauh bezanya dengan di sini..
Diceritakan pula akan tragedi yang berlaku ketika ombak besar itu datang, katanya lagi kebanyakan mayat mayat yang dijumpai adalah dalam keadaan telanjang bulat.. - sama dgn yang pernah aku dengar dari mereka yang melakukan tugas tugas penyelamatan di sana dahulu - Namun kali ini aku mendapat versi yang berbeza sedikit daripada yang pernah disampaikan kepada ku dahulu. Kalau dahulu, aku dimaklumkan bahawa mayat mayat itu adalah mereka yang berpesta pada malam kejadian Ombak Besar itu melanda... Malahan ada yang dijumpai dalam keadaan berzina! Tak dapat aku bayangkan betapa dalam keadaan huru hara itu, mereka mati dalam keadaan berzina? Adakah mereka tak sedar atau memang ALLAH nak tunjuk?
Maka kali ini pula, ust ini memberitahuku bahawa kebanyakan mayat mayat itu dalam keadaan berbogel..seolahnya ALLAH menelanjangkan mereka. Ada yang - menurut Ust itu - yang memakai celana (seluar) Jeans juga terlucut habis tak tinggal apa apa pada tubuhnya...
Namun dalam keadaan yang begitu, ada pula yang dijumpai lengkap berpakaian.. Perkara ini terjadi kepada seorang Muslimat - jemaah Tabligh katanya - yang mana dia ditemui dalam keadaan berpakaian yang lengkap malahan Niqabnya pun tak terusik!! Subhanallah!! Diceritakan bahawa mayatnya ditemui beberapa ketika - aku tak ingat adakah beberapa hari, minggu atau bulan - yang mana para penyelamat tercium bau harum. Maka melalui bau harum itu mereka menemui mayat muslimah itu tadi! Begitulah ALLAH memuliakannya dan memeliharanya dan lengkap berpakaian sunnah. Berbahagialah Muslimat itu!!
MUKADIMAH
JARUM jam sudah menjangkau tengah malam ketika dua wartawan Mingguan Malaysia rancak menemu bual Tan Sri Syed Mokhtar Al-Bukhary, tokoh korporat Melayu yang latar hidupnya tidak begitu banyak diketahui.
Isu yang dibincangkan hanya satu - tentang sikap sesetengah korporat Melayu berjaya yang keberatan turun ke bawah membantu anak bangsa. Isu itu dibangkitkan pada Perhimpunan Agung UMNO baru-baru ini.
``Saya pun naik semangat bercakap tentang hal orang Melayu ini walaupun tadi ada rasa mengantuk sedikit,'' katanya kepada wartawan NOOR AZAM SHAIRI dan SITI MARIAM MD. ZAIN di sebuah hotel terkemuka di Kuala Lumpur, tengah malam Rabu lalu.
Syed Mokhtar adalah salah seorang daripada orang Melayu berjaya yang diketahui umum banyak menyumbang kepada pengembangan anak bangsa. Beliau menubuhkan Yayasan Al-Bukhary yang antara projek utamanya ialah memberi peluang pendidikan kepada anak-anak pintar yang kurang berkemampuan.
``Saya dulu tidak ada peluang. Setelah ada rezeki ini kenapa saya tidak boleh tolong orang miskin yang boleh pergi jauh,'' katanya yang bersekolah setakat tingkatan lima.
Dalam wawancara ini, Syed Mokhtar juga ditanya tentang tanggapan umum terhadapnya yang dilihat sebagai seorang ahli perniagaan yang kerjanya mengambil alih kepentingan demi kepentingan pelbagai syarikat.
``Ada sebab kenapa saya bekerja seperti tidak ada esok,'' katanya. Agenda sosial dan kerja-kerja kemasyarakatan itulah antara sebabnya. Syed Mokhtar mengakui bahawa semua itu bukan untuk dirinya sendiri sebaliknya beliau mahu meninggalkan warisan untuk anak bangsa yang kekal berpanjangan.
Wawancara ini adalah antara sedikit yang pernah diberikan oleh tokoh korporat yang selalu cuba mengelak daripada tumpuan media. Ditanya kenapa beliau bersedia ditemu bual pada kali ini, Syed Mokhtar menjawab: ``Saya mahu membela diri.''
``Saya perlu tampil untuk membetulkan pandangan-pandangan serong tentang diri saya.''
MINGGUAN: Bagaimanakah Tan Sri melihat hubung kait diri Tan Sri dengan Dasar Ekonomi Baru (DEB)?
SYED MOKHTAR: Saya menikmati jasa dasar itu semasa memulakan perniagaan dulu, daripada pinjaman Mara sehinggalah kepada bangunan kedai UDA. Saya produk DEB tetapi semua ini melalui proses selama 34 tahun.
MINGGUAN: Dalam tempoh lebih 34 tahun ini, apakah rahsia kejayaan Tan Sri?
SYED MOKHTAR: Tidak ada apa-apa rahsia. Saya ini hamba Allah biasa, budak dangau macam saudara semua juga. Tuhan jadikan manusia ini sama saja, cuma proses kematangan saya yang membezakannya. Saya percaya sesiapa pun boleh menjadi apa saja asalkan mereka berusaha dengan tekun. Tetapi tentulah ia memakan masa.
Saya sendiri melalui pahit maung dan merasai segala-galanya untuk sampai ke tahap ini. Tidak ada jalan yang singkat. Saya belajar tentang perniagaan ini dari kecil lagi, dan saya juga biasa kena tipu.
Saya memang sudah buat keputusan dari awal bahawa saya mahu buat sendiri. Saya tidak gadai lesen dan permit yang saya ada.
MINGGUAN: Ini tentang know how atau know who?
SYED MOKHTAR: Semasa mula berniaga dulu saya tidak ada kenal sesiapa. Tetapi selepas saya mengembangkan perniagaan ini memang faktor know who itu penting juga. Bangsa lain tidak mengapa tetapi orang Melayu dalam berniaga kena berdamping dengan orang politik sedikit-sedikit.
Dasar DEB itu tidak sia-sia. Saya boleh mempertahankan manfaatnya. Ini bukan masalah dasar tetapi masalah manusia yang tidak mahu melalui kesusahan; banyak yang mahu senang dengan mendampingi orang politik.
Saya juga mengenali kekuatan dan kelemahan saya. Apa yang saya tidak mampu buat saya akan minta orang lain tengok-tengokkan. Saya melalui jalan susah tetapi itulah jalan yang kekal.
Tidak banyak peniaga Melayu yang buat macam Tan Sri - dapat empat permit lori walaupun cuma mampu pakai dua, yang baki itu tidak dijual.?
SYED MOKHTAR: Alhamdulillah, Tuhan tidak gerakkan hati saya buat kerja-kerja itu. Saya yakin, insya-Allah dua buah lori lagi saya boleh beli kalau saya rajin berusaha. Saya percaya kalau perniagaan saya maju dan tidak cukup lori, saya tentu kena minta lagi. Jadi walaupun hanya mampu beli dua buah lori, dua lagi permit itu saya simpan untuk masa depan.
MINGGUAN: Maksudnya kena sabar menunggu?
SYED MOKHTAR: Memang kena banyak sabar dan kuat berusaha. Semasa mula-mula berniaga dulu saya pun biasa kena tindas, bukan saja dengan bangsa lain tetapi dengan orang Melayu yang dipergunakan.
Saya terpaksa bersaing dengan orang Cina yang sudah jauh lebih maju dan boleh juga mendapatkan lesen daripada orang Melayu yang sanggup menggadainya.
MINGGUAN: Semasa mula berniaga Tan Sri bekerjasama dengan orang Cina. Kenapa?
SYED MOKHTAR: Kita perlu menggunakan kepakaran mereka kerana mereka jauh lebih maju dan mahir daripada kita. Apa yang kita kurang faham, kita berkongsi dengan mereka dengan tujuan untuk belajar daripada mereka. Apabila sudah faham barulah kita boleh menjaga kepentingan kita.
Sampai sekarang saya masih berkongsi dengan orang Cina tetapi saya juga terlibat secara aktif dalam perniagaan itu.
MINGGUAN: Bagaimanakah lahirnya Yayasan Al-Bukhary ini?
SYED MOKHTAR: Apabila saya dapat rezeki sedikit ditambah pula dengan didikan ibu bapa saya, saya mula menolong orang. Itulah juga punca saya mewujudkan yayasan di Alor Star itu. Insya-Allah, harapan saya setelah mati nanti yayasan itu tetap kekal dan terus memberi bakti.
Selain Muzium Kesenian Islam di Kuala Lumpur saya juga buka pusat tuisyen. Sebenarnya saya hendak buat sudah lama tetapi tiada siapa yang sanggup hendak tengok-tengokkan sehinggalah saya dapat tahu Datuk Seri Shukor Abdullah (bekas Ketua Pengarah Pendidikan) bersara. Saya cari dia dan dia sanggup untuk melaksanakan hasrat ini. Ini daripada hati saya, siapa pun tidak suruh.
Projek ketiga yayasan ialah Kompleks Al-Bukhary di Alor Star. Itu asalnya tanah datuk saya dan masjid itu asalnya dia yang bina. Saya sebenarnya sedih melihat sistem sekolah pondok di Kedah. Saya ada cita-cita mahu memodenkan sekolah pondok. Kita kena maju.
Dalam hal ini, apabila saya masuk ke dalam masyarakat saya tidak lihat orang itu UMNO atau Pas. Kalau orang itu memerlukan bantuan, kalau boleh ditolong, saya tolong. Dalam hal-hal kemasyarakatan tidak ada UMNO dan Pas.
MINGGUAN: Maksudnya?
SYED MOKHTAR: Orang Melayu semuanya sama. Pendirian politik itu terpulanglah kepada diri masing-masing. Dalam kompleks masyarakat itu kita semua sama. Dalam soal kemajuan ummah kita mesti bersatu.
MINGGUAN: Prof. Diraja Ungku Aziz dalam satu wawancara sebelum ini menyebut bahawa orang Melayu tidak berfikir seperti satu ummah. Orang Melayu individualistik. Tan Sri nampaknya bukan dari golongan itu?
SYED MOKHTAR: Saya fikir soal parti adalah hak masing-masing. Apabila hidup bermasyarakat, kita tidak sepatutnya mengasingkan ini orang UMNO, ini orang Pas. Saya memberi bantuan hanya atas dasar sebagai orang Islam. Soal ideologi atau perjuangan mana yang betul, hanya Allah yang akan menentukannya.
Dalam menjayakan agenda Melayu, orang Melayu sendiri kena tolong orang Melayu. Tidak guna kita buat seminar sana sini tetapi tidak mahu menolong bangsa sendiri untuk jadi maju. Kita kena berusaha, baru orang Melayu boleh jadi kuat.
Apabila kuat, kita tidak lagi ditindas. Jangan kita bercakap tentang agenda Melayu dalam Perhimpunan Agung UMNO tetapi selepas itu kita senyap. Sepatutnya semua orang kena buat kerja, bukannya bercakap saja.
MINGGUAN: Apa pandangan Tan Sri kepada korporat Melayu yang tidak mahu tolong Melayu?
SYED MOKHTAR: Mereka mungkin tidak nampak ini sebagai kewajipan kerana mereka tidak melalui kesusahan. Saya pun suka kepada kemewahan. Saya pun suka pergi tengok dunia, ke Tokyo, New York dan London. Saya pun suka pakai baju elok. Tetapi kita ini hendak mewah setakat mana, hendak pakai baju banyak mana, hendak tidur dalam berapa rumah satu malam, hendak makan pun sampai larat mana? Dalam hidup ini kita sebenarnya tidak ada status; ada masa di atas, ada masa di bawah. Kita tidak boleh mengagung-agungkan diri kita sangat. Masalahnya sekarang ada yang sudah ke atas tetapi tidak mahu turun ke bawah.
MINGGUAN: Kenapa ini berlaku?
SYED MOKHTAR: Mungkin kerana kurang didikan dan nilai sehingga hidup jadi terbawa-bawa. Tidak mengapa kalau mereka boleh hisap curut RM500. Tetapi tidak semestinya bermakna mereka tidak boleh turun ke bawah membantu orang. Ketika Allah memberikan kemewahan, kita kena turun ke bawah, tengok mana-mana yang boleh dibantu. Allah beri rezeki melalui kita untuk kita tolong orang lain. Rezeki itu bila-bila masa Dia boleh ambil balik. Mereka bersikap begini boleh jadi kerana bayangan duit itu lebih kuat daripada yang lain. Ini berbeza dengan orang Cina yang ada pelbagai persatuan. Kita tidak ada; kalau ada pun berpecah. Orang Melayu kita tidak mahu bekerjasama kerana perasaan dengki menguasai diri. Sudahlah tidak mahu berusaha, apabila orang lain usaha, mereka marah.
MINGGUAN: Inikah pegangan Tan Sri dari dulu lagi; rezeki yang ada itu sebenarnya untuk orang lain?
SYED MOKHTAR: Saya fikir memang dari segi hukum pun begitu. Kita kena keluar zakat dan fitrah. Tetapi zakat fitrah banyak mana sangat. Islam agama yang adil; ia minta sedikit saja. Oleh itu kalau ada duit yang lebih ia seharusnya dibelanjakan dengan baik.
MINGGUAN: Tan Sri melihat menolong orang lain itu satu tanggungjawab?
SYED MOKHTAR: Apabila kita memberi kerja kepada orang lain, ia juga satu amalan kerana kerja mendatangkan rezeki kepada mereka. Sekarang kumpulan saya ada 36,000 pekerja. Ini satu tanggungjawab kepada saya, bagaimana hendak menjadikan mereka ini maju, dapat bonus dan sebagainya.
MINGGUAN: Kalau Tan Sri tidak buat semua ini apa Tan Sri rasa?
SYED MOKHTAR: Saya akan rasa sedih kerana tidak banyak orang Melayu yang tolong Melayu. Saya tidak kisah; saya boleh tidak buat apa-apa dan balik ke Alor Star. Tetapi saya akan rasa hidup ini sia-sia. Orang Kedah kata, kalau mati nanti mata tidak tutup rapat kerana tanggungjawab depan mata kita tidak buat.
Orang lain ambil kekayaan kita, ambil hak kita dan pergunakan kita, kita masih tidak buat apa-apa. Tetapi semua ini sebenarnya bukan mampu saya buat seorang.
Saya ada emotional attachment kepada agama, negara, bangsa dan ummah. Saya bukan individualistik. Diri saya tidak mustahak. Pangkat dan gelaran ini kepada saya tidak mustahak.
Kalau saya dulu tidak dapat peluang belajar tinggi, kenapa pula saya hendak sekat peluang orang lain? Lagipun saya datang daripada golongan itu. Kalau ada rezeki lebih sedikit takkan saya sanggup lupakan mereka.
MINGGUAN: Tan Sri mengharapkan lebih ramai lagi orang Melayu yang berjaya seperti Tan Sri?
SYED MOKHTAR: Saya kadang-kadang sedih apabila media tonjolkan saya begini. Saya malu kerana orang Cina kaya beratus-ratus kali ganda daripada saya.
Tetapi saya tahu orang Melayu kalau hendak berjaya kena kerja kuat, tidak kira siang malam. Kita ada kekuatan yang Tuhan beri melebihi daripada bangsa lain. Tetapi untuk maju kita perlu berusaha.
Saya asal daripada tidak ada apa-apa. Apa yang saya tidak tahu saya belajar, minta tolong daripada orang. Saya tidak malu. Saya bukannya mencuri. Saya usaha sendiri. Sikap pemalas dan pemalu ini yang orang Melayu kena atasi. Kita kena berani kerana benar. Apabila kita dapat keuntungan dan rezeki lebih, bolehlah kita menolong orang.
MINGGUAN: Apakah yang selalu Tan Sri fikirkan?
SYED MOKHTAR: Saya selalu fikir bagaimana hendak mengekalkan kumpulan ini untuk masa depan; bagaimana hendak menjalankan semua projek di bawah yayasan.
Sebahagian daripada keuntungan kumpulan ini saya khaskan kepada kos operasi Yayasan Al-Bukhary yang akan menempatkan 3,000 pelajar dari negara-negara Islam - 70 peratus pelajar antarabangsa, 20 peratus pelajar kita dan 10 peratus bukan Islam. Kita memberikan fokus kepada soal pendidikan anak bangsa. Kelas tuisyen itu boleh dikatakan 100 peratus untuk anak Melayu. Universiti itu pula adalah untuk pelajar-pelajar yang cerdik tetapi tidak ada kemampuan.
Kita akan ambil mereka dan beri bantuan seratus peratus. Kita mahu mereka menjadi profesional yang apabila tamat pengajian boleh pulang ke negara masing-masing dan membantu masyarakat mereka pula.
MINGGUAN: Salah satu masalah ekonomi orang Melayu ialah pengangguran di kalangan siswazah. Dalam hal ini misalnya apakah yang boleh Tan Sri lakukan?
SYED MOKHTAR: Saya telah meminta kumpulan kami mengkaji masalah ini dan mengambil sekumpulan mereka bekerja dan memberikan latihan. Insya-Allah kami akan sentiasa mencari perniagaan baru, mungkin daripada swasta atau kerajaan. Kalau daripada kerajaan orang mungkin akan menjadikannya sebagai isu lagi. Tetapi kalau kita terus mencari peluang dan perniagaan lain kita akan terus dapat membantu orang lain untuk mengembangkan diri masing-masing. Saya bukan buat semua ini untuk diri saya sendiri semata-mata.
MINGGUAN: Laporan-laporan tentang Tan Sri selama ini, itu maksudnya bukanlah untuk mengembangkan kekayaan peribadi?
SYED MOKHTAR: Diri saya tidak mustahak. Kalau saya hendak ambil alih mana-mana syarikat pun saya mesti ada kemampuan untuk menguruskannya. Orang tidak tahu bahawa apabila saya mengambil sesetengah syarikat itu ia sebenarnya dapat menyelamatkan berpuluh-puluh ribu keluarga pekerjanya yang sebahagian besarnya ialah orang Melayu. Tetapi apabila saya mengambil alih syarikat-syarikat itu orang bertanya apakah tidak ada orang lain selain daripada Syed Mokhtar?
MINGGUAN: Orang tidak bercakap tentang hal-hal di belakang itu.
SYED MOKHTAR: Perkara yang elok lambat orang tahu. Saya ini ada dibenci orang. Orang kata saya tamak, ambil semua peluang yang ada dan hendak jadi kaya seorang. Kaya apa? Kaya itu bukanlah pada diri saya. Kaya itu adalah kepada kumpulan perniagaan ini, kepada bangsa dan kepada orang ramai. Saya hanya memegangnya untuk sementara saja. Saya tidak ada keinginan untuk menyimpan kekayaan ini untuk anak dan isteri. Duit ini tidak akan kekal. Saya percaya hanya perkara baik yang kita lakukan akan kekal. Bukan duit yang akan melindungi saya nanti tetapi apa yang saya lakukan sekarang. Tetapi banyak orang percaya bahawa dia mesti ada RM10 juta atau RM20 juta dalam tangan baru hidup boleh selamat. Ini yang menyebabkan mereka hanyut daripada menolong orang lain. Mereka lebih takutkan diri sendiri. Mereka lupa bahawa kekayaan tidak boleh membantu selama-lamanya.
MINGGUAN: Apakah yang orang tidak tahu tentang syarikat-syarikat yang Tan Sri miliki itu?
SYED MOKHTAR: Sesetengah daripada syarikat itu bermasalah; saya membeli untuk menyelamatkannya daripada jatuh ke tangan bangsa lain atau orang Melayu sendiri yang boleh membawa lebih kerosakan. Saya tidak menggadaikan hak dan kepentingan orang kita. Tetapi kerja saya bukan beli syarikat. Saya ada perniagaan sendiri - syarikat lori dan beras. Alhamdulillah, Tuhan memberikan saya kekuatan untuk ke depan apabila ada peluang. Walaupun sesetengah syarikat itu bermasalah tetapi saya melihatnya sebagai satu peluang juga - bagaimana hendak mengubahnya. Tetapi saya tidak pernah ambil daripada mulut orang Melayu lain; sudah hendak sampai ke kerongkong saya ambil, saya tidak buat begitu. Apa yang saya dapat ini adalah daripada usaha saya sendiri. Ada juga yang saya usaha tetapi tidak dapat dan orang tidak tahu. Apa yang saya dapat itu pula yang menjadi masalah kononnya Syed Mokhtar sapu semua. Orang kita terlupa bahawa bangsa lain memegang pelbagai kepentingan dalam ekonomi negara ini. Siapa pula yang memberikan pelbagai kemudahan untuk membolehkan mereka memegang kepentingan itu? Siapa pun tidak kata apa. Inilah masalah orang Melayu. Di kampung orang Melayu berpecah kerana politik Pas dan UMNO; di bandar, berpecah kerana ini. Saya tidak pergi cari mana syarikat hendak saya beli. Saya percaya kalau rezeki itu Allah beri kepada saya ia bukan untuk saya tetapi untuk orang ramai juga. Orang tidak tahu banyak syarikat yang saya ada ini gagal dan tidak maju kepada saya tetapi orang tidak tahu.
Orang tidak tahu bagaimana saya rugi lebih RM2 bilion dalam pelaburan semasa kegawatan 1997 semata-mata kerana hendak melindungi 30 peratus kepentingan orang Melayu.
MINGGUAN: Setiap kali mendapat rezeki daripada Tuhan, apakah yang Tan Sri rasakan?
SYED MOKHTAR: Saya ini kata orang Kedah, lebai kodok, bukan lebai pondok. Tetapi saya tahu hal-hal asas. Kalau mahu kita minta terus daripada Tuhan. Tuhan beri manusia akal dan fikiran. Kalau hendak pakai baju dan seluar biarlah padan dengan badan. Orang kata saya tidak ada duit tetapi banyak hutang. Orang berniaga mana yang tidak berhutang. Tetapi kita mesti tahu bagaimana hendak meminjam dan membayarnya semula. Ada cara kita boleh buat.
Kalau beratus-ratus orang Cina dalam bandar boleh buat kenapa saya orang Melayu tidak boleh? Tetapi kerana saya Melayu orang menjadikannya sebagai satu isu. Inilah masalahnya. Tidak ada salahnya berhutang kalau berniaga. Tetapi sebelum berhutang RM100 juta kita mesti sudah fikir bagaimana hendak membayarnya balik. Mesti ada tanggungjawab. Soal tanggungjawab ini yang banyak orang tidak sanggup pikul. Banyak orang mahu senang tetapi tidak ramai yang mahu bertanggungjawab.
Kesenangan yang saya perolehi ini datang dengan tanggungjawab. Kalau hendak dibandingkan dengan bangsa lain, perniagaan saya tidak ada apa. Tetapi walaupun sedikit tetapi yang sedikit itu ada berkatnya. Saya suka kalau nikmat sedikit yang saya dapat itu orang lain boleh berkongsi sama. Emak saya mengajar: Kalau dapat lebih, beri lebih; kalau kurang, beri kurang.
MINGGUAN: Tan Sri ada sikap yang begitu sensitif kepada keperluan anak bangsa dan saudara seagama. Soalnya kenapakah tidak banyak korporat Melayu yang ada sikap sebegini?
SYED MOKHTAR: Mungkin kerana masalah didikan atau kerana mereka naik dengan begitu mudah. Atau mungkin juga kerana pergaulan mereka. Saya kadang-kadang kecewa dan sedih melihat anak orang alim yang sesetengahnya lupa diri setelah mendapat kekayaan. Saya pun sama seperti orang lain suka hendak ke luar negara tetapi kita tidak boleh lupa kubur kita dan asal-usul kita. Di kampung kita mungkin ada jiran-jiran yang perlukan bantuan. Saya sangat berterima kasih kepada emak saya yang ambil setengah daripada duit pertama saya dulu. Kalau tidak mungkin saya sudah ke Haatyai dan jadi nakal. Saya manusia yang banyak juga melakukan kesilapan. Tetapi saya insaf, beristighfar dan jalan lagi. Sejak awal saya ada kesedaran mahu mengekalkan hak kita sebagai orang Melayu. Saya kata kepada diri sendiri kalau kerana itu saya terpaksa bersusah sedikit pun tidak mengapa.
MINGGUAN: Adakah Tan Sri rasa keseorangan melakukan semua ini?
SYED MOKHTAR: Saya fikir banyak orang yang buat begini juga tetapi dengan cara mereka sendiri. Insya-Allah kita berdoa mereka akan buat lebih lagi pada masa akan datang. Saya buat apa yang tergerak dalam hati dan apa yang boleh dicapai oleh tangan. Saya juga insaf bahawa diri saya tidak kekal; saya hanya seorang hamba Allah yang kalau ditakdirkan hidup sehingga 70 tahun umur saya hanya tinggal 17 tahun saja lagi. Oleh itu saya suka melakukan perkara yang kekal dan berterusan seperti yayasan ini. Kalau bangsa lain boleh ada macam-macam yayasan kenapa tidak kita? Apa yang penting ialah komitmen. Pendekatan saya selari; sambil mencari rezeki saya juga menyumban semula kepada masyarakat. Saya sendiri tumpang seronok melihat orang lain mendapat kesenangan daripada sedikit apa yang saya ada ini.
MINGGUAN: Tan Sri seronok melihat orang lain dapat berkembang hasil daripada rezeki yang Tan Sri nikmati?
SYED MOKHTAR: Ya. Kekayaan ini Tuhan beri kepada saya untuk saya menolong orang lain pula. Saya percaya kepada keberkatan rezeki. Hari ini kita tolong orang, esok lusa orang akan tolong kita pula dengan cara yang lain.
MINGGUAN: Harapan Tan Sri kepada orang Melayu lain yang juga sudah berjaya?
SYED MOKHTAR: Insya-Allah, kebanyakan orang Islam ini baik-baik, ada niat yang baik. Bukan mereka tidak mahu menolong tetapi mungkin masanya belum sampai atau Tuhan belum menggerakkan hati mereka lagi. Mungkin juga mereka ada masalah maklum saja selepas tahun 1997 masih belum banyak yang pulih semula.
Saya sendiri sambil berhutang sambil berniaga dan buat sumbangan amal jariah. Saya berdoa apabila nanti saya pejam mata masa itu juga hutang pun habis, perniagaan dan amal jariah pun sama-sama berjalan elok.
Saya tidak mahu tunggu hutang habis baru hendak buat semua ini. Saya takut kalau hutang habis saya pun mati dan apa pun tidak sempat buat.
MINGGUAN: Kepada orang Melayu yang sanggup hisap curut RM500 tetapi susah hendak tolong orang lain, apakah yang hendak Tan Sri katakan kepada mereka?
SYED MOKHTAR: Kalau mereka hendak hisap curut, pakai kereta Porsche atau duduk rumah besar, tak apa. Cuma ingat-ingatlah juga tanggungjawab untuk membantu anak bangsa. Kita tidak boleh marah kepada mereka. Kita ingat-ingatkan saja. Kebanyakan mereka itu orang yang bagus-bagus; mungkin terbawa-bawa saja. Kepada saya ini masalah kecil saja. Masalah yang lebih besar ialah diri kita sendiri. Orang Melayu kena yakin dan berusaha untuk terus memajukan diri.
MINGGUAN: Harapan Tan Sri kepada orang Melayu keseluruhannya?
SYED MOKHTAR: Peluang kita semua sama; saya tidak dapat lebih dan tidak dapat kurang. Cuma satu saja saya minta daripada orang Melayu: Beri masa sedikit kepada apa yang hendak diusahakan. Kalaupun tidak sanggup tunggu 34 tahun seperti saya berilah sedikit masa untuk faham selok-belok perniagaan, insya-Allah boleh maju. Mereka juga kena fokus, majukan diri dan selalu meningkatkan kemahiran. Kalau sudah maju dan hendak mempelbagaikan perniagaan, masa itu tidak mengapa. Kita juga jangan cepat berputus asa. Putus asa boleh tetapi kena cepat-cepat kuatkan semula semangat untuk bangkit balik. Kita juga jangan jadikan agama hanya satu tempat untuk kita bergantung apabila kita susah. Tanggungjawab ibadah adalah tugas seharian.
MINGGUAN: Bolehkah orang Melayu maju?
SYED MOKHTAR: Tidak ada sebab kenapa orang Melayu tidak boleh maju. Ini saya berani perang dengan sesiapa pun kalau ada yang mengatakan orang Melayu tidak boleh maju. Cuma nasihat saya kalau hendak jadi apa pun, jadilah yang terbaik dalam bidang masing-masing sehingga kukuh bertapak.
Orang Melayu boleh maju. Kalau saudara jadi wartawan saudara kena tanam semangat suatu hari mahu ambil alih akhbar itu. Tidak ada sebab kenapa ia tidak boleh berlaku.
MINGGUAN: Cara hidup Tan Sri bagaimana?
SYED MOKHTAR: Saya tidak ada lifestyle yang kena masuk kelab sana dan sini. Tetapi tidak semestinya saya tidak boleh turun ke kelab. Orang Melayu kalau hendak ke depan mesti ada cara hidup yang fleksibel, boleh naik dan turun. Jangan amalkan cara hidup yang tidak boleh ada fleksibiliti. Lifestyle ini sebenarnya satu penyakit. Saya biasa pakai Mercedes tetapi sekarang saya pakai Proton Perdana untuk sokong kereta nasional. Kereta itu pun cukup untuk bawa saya ke mana-mana. Saya juga tidak bermain golf kerana kepada saya ia memakan banyak masa. Tetapi tidak semestinya orang yang main golf itu tidak bagus atau orang yang tidak main itu lebih bagus. Saya pun tidak ada minat untuk beli kapal layar atau kapal terbang. Saya fikir kalau saya beli sesuatu benda yang mahal, biarlah orang ramai boleh pakai. Saya suka kalau orang ramai mendapat nikmatnya.
Tetapi pada masa akan datang tidak tahu lagi. Kalau panjang umur saya berniaga ke negara-negara lain dan ketika itu saya memerlukan, mungkin saya akan beli juga kapal terbang. Setakat ini Proton Perdana sudah memadai.
MINGGUAN: Tetapi orang Melayu umumnya apabila berniaga perkara pertama yang dilakukan ialah beli kereta mewah.
SYED MOKHTAR: Kita tidak usahlah selalu mengulang-ulang perkara yang boleh memberikan kesan psikologi yang negatif kepada orang Melayu. Kita kena kurangkan bercakap tentang kereta besar dan rumah besar. Jangan kita memberikan gambaran bahawa ini sebenarnya yang perlu mereka buat. Sesiapa pun memang mahu semua itu tetapi bukan itu matlamatnya.
Kita kena tekankan hal-hal yang positif tentang orang Melayu. Orang Melayu boleh jadi yang terbaik dalam apa juga bidang kerjaya mereka. Itu yang perlu kita lakukan.
MINGGUAN: Di kalangan orang Melayu masih ada pemikiran bahawa kerajaan perlu menolong mereka. Bagaimanakah Tan Sri melihat realitinya?
SYED MOKHTAR: Saya ingat kena tengok tahap-tahapnya. Kerajaan kena tolong orang Melayu. Orang Melayu mesti naik berperingkat-peringkat. Bantuan kerajaan sentiasa ada. Sistemnya sudah ada. Kalau orang Melayu masuk ke dalam sistem itu, mereka sudah boleh jalan ke depan.
Tetapi seperti saya katakan tadi mereka perlu melalui proses ujian masa. Mereka yang perlukan bantuan ini ialah mereka yang hendak cepat dan tidak faham apa. Orang Melayu sebenarnya tidak perlu meminta kerajaan membantu kerana dasar itu memang sudah ada. Orang Melayu sebenarnya yang kena membantu diri sendiri, kena bekerja keras dan fokus.
Saya mendapat nikmat daripada DEB sejak awal pelaksanaannya lagi. Ketika itu lebih susah kalau hendak dibandingkan dengan peluang-peluang yang ada sekarang.
MINGGUAN: Adakah Tan Sri puas hati dengan apa yang sudah dilakukan ini?
SYED MOKHTAR: Saya biasa saja. Hidup saya tidak berubah, dari dulu beginilah. Saya terima apa saja nikmat yang diberikan oleh Allah. Tidak ada air segelas, ada setengah gelas pun saya bersyukur.
MINGGUAN: Apakah yang Tan Sri rasa apabila melihat orang yang menerima bantuan daripada yayasan ini?
SYED MOKHTAR: Kalau kerana sedikit bantuan itu mereka lulus peperiksaan dan hidup mereka menjadi lebih baik, saya sudah gembira. Saya tidak boleh buat banyak. Alhamdulillah, lebih baik buat sedikit daripada tidak buat langsung.
Saya gembira dapat membantu. Kalau saya boleh beli seekor lembu untuk sebuah kampung yang sudah lama tidak makan daging, saya rasa gembira. Saya rasa seronok dapat bawa anak-anak dari luar datang ke Kuala Lumpur, tengok lampu-lampu yang cantik.
Saya tahu bagaimana perasaannya. Saya mahu orang lain merasai apa yang saya pernah rasa. Saya kata kepada diri saya, apa yang saya dapat saya mesti beri orang lain merasainya sama. Jangan kita beri kurang daripada itu, lebih tidak mengapa. Itu yang membuat hati saya seronok.
MINGGUAN: Tan Sri tentu rasa boleh menyumbang lebih lagi daripada ini?
SYED MOKHTAR: Memang itulah yang selalu saya rasa. Saya kata kepada kawan-kawan apa yang kita buat ini baru warm-up saja; kita belum berjalan lagi. Saya rasa kita terlalu banyak ketinggalan.
Insya-Allah, kalau orang Melayu lain boleh bersama-sama membantu tentulah lebih baik. Ayah saya kata, guni beras kalau seorang pikul memang berat tetapi kalau ramai-ramai kita pakat pikul ringan jadinya.
MINGGUAN: Kenapa beri wawancara sekarang?
SYED MOKHTAR: Saya rasa saya perlu tampil untuk membetulkan pandangan-pandangan yang serong tentang diri saya itu. Saya kena membela diri. Setidak-tidaknya saya jelas dengan apa yang hendak saya lakukan. Terpulang bagaimana umum hendak menerimanya.
Kepada saya, apa yang benar itu akan kekal. Saya segan kerana kerja saya yang sedikit ini orang besar-besarkan. Niat saya baik tetapi orang fikir sebaliknya. Saya bukan orang jahat. Saya asal orang miskin.
Saya pun sebenarnya bukan hendak menonjol-nonjolkan diri. Saya hormat kepada pemimpin. Saya akan sama-sama membantu. Pemimpin datang dan pergi tetapi saya hormat kedudukan itu. Perjuangan yang mereka tentukan itu akan terus saya bantu.